Postingan gue kali ini bakal ngebahas soal hijab, wanita yang diwajibkan menutup auratnya ...
gue pernah denger temen gue bilang begini "Liat deh tuh orang pke jilbab tapi kelakuannya masih kyk gitu, hatinya masih rusak, bicaranya masih sembarangan. Buat apa die pke jilbab ? cuma buat kedok doang"
Bahkan pernah ada yg bercerita ke gue seperti ini "semalem gue jalan2 keluar, liat cewek pake jilbab. Ternyata dia psk"
Naudzubillahminzallik .. gue takut mereka salah kiprah ..
memang saat ini banyak perdebatan, manakah yang harus dihijab terlebih dahulu ?
hati atau aurat ?
hati atau aurat ?
Suatu sore pas lagi nunggu magrib, gue denger ceramah d TV dr seorang Ustad.
Beliau berkata "Wanita apa bila dia telah akhir baligh maka dia diwajibkan untuk menutup auratnya"
Sampai disitu gue semakin termenung, berfikir atas ucapan yang sudah gue dengar dr beberapa orang selama ini klo wanita yg kelakuannya msi rusak belum pantas pakai jilbab..
Astagfirullah, Ternyata jalan pemikiran seperti itu salah. Semoga mereka yang berbicara seperti ini cepat2 disadarkan oleh Allah SWT. Amiiiin ...
Sampai disitu gue semakin termenung, berfikir atas ucapan yang sudah gue dengar dr beberapa orang selama ini klo wanita yg kelakuannya msi rusak belum pantas pakai jilbab..
Astagfirullah, Ternyata jalan pemikiran seperti itu salah. Semoga mereka yang berbicara seperti ini cepat2 disadarkan oleh Allah SWT. Amiiiin ...
Semakin penasaran akhirnya gue search di link nya Ustad Yusuf Mansyur ..
berikut penjelasan beliau :
berikut penjelasan beliau :
ALLAH MERAHMATI WANITA BERJILBAB
Biasa kita dengar adalah ”Buat apa
berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka
‘ngerumpi’ berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake
jilbab! Yang penting kan hati! lalu tercenunglah saudari kita ini
membenarkan pendapat kawannya.
Syubhat lainnya lagi adalah ”Liat tuh kan ada hadits yang berbunyi: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada
bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati kalian..!. Jadi yang
wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati kita baik maka baik pula
keislaman kita walau kita tidak berkerudung!. Benarkah demikian ya ukhti?
Saudariku muslimah semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini.
Saudariku muslimah semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini.
Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama
ini.
Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka tengoklah disekitar kita ada orang-orang yang beragama nasrani, hindu, budha dan orang kafir lainnya.
Lihatlah dengan seksama ada iantara mereka yang baik hatinya, lemah lembut, dermawan. Apakah anda setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim?
Tentu akal anda akan mengatakan "tentu tidak! karena mereka tidak mengucapkan syahadatin, mereka idak memeluk islam. Tentu anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak (zahir) dalam diri orang itu.
Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka tengoklah disekitar kita ada orang-orang yang beragama nasrani, hindu, budha dan orang kafir lainnya.
Lihatlah dengan seksama ada iantara mereka yang baik hatinya, lemah lembut, dermawan. Apakah anda setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim?
Tentu akal anda akan mengatakan "tentu tidak! karena mereka tidak mengucapkan syahadatin, mereka idak memeluk islam. Tentu anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak (zahir) dalam diri orang itu.
Lalu bagaimana pendapatmu ketika anda melihat seorang wanita di jalan berjalan tanpa jilbab, apakah anda bisa menebak wanita itu muslimah ataukah tidak?
Sulit untuk
menduga jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama dengan wanita
non muslimah lainnya. Ada kaidah ushul fiqih yang mengatakan “alhukmu ala
dzawahir amma al bawathin fahukmuhu “ala llah’ artinya hukum itu
dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya adalah
terserah Allah.
Rasanya tidak ada yang menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin (istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) begitupula
istri-istri sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita
yang paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia. Tapi
mengapa ketika ayat hijab turun agar mereka berjilbab dengan sempurna
(lihat QS: 24 ayat 31 dan QS: 33 ayat 59) tak ada satupun riwayat
termaktub mereka menolak perintah Allah Ta’ala.
Justru yang kita dapati
mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung sebagai bukti
ketaatan mereka. Apa yang ingin anda katakan? Sedangkan mengenai hadits
diatas, banyak diantara saudara kita yang tidak mengetahui bahwa hadits
diatas ada sambungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:
“Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian “(HR. Muslim 2564/33).
“Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian “(HR. Muslim 2564/33).
Hadits diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai
berikut: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan
juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian.
(HR.Muslim 2564/34).
Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan amal. Apabila hanya hati yang diutamakan niscaya akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini.
Tentu kaum muslim tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan ramadhan, membayar dzakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah atau amal ibadah lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cuku mengendalikan hati saja,
toh mereka adalah sebaik-baik manusia diatas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya mereka adalah orang yang sangat giat beramal tengoklah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya.
Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan amal. Apabila hanya hati yang diutamakan niscaya akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini.
Tentu kaum muslim tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan ramadhan, membayar dzakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah atau amal ibadah lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cuku mengendalikan hati saja,
toh mereka adalah sebaik-baik manusia diatas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya mereka adalah orang yang sangat giat beramal tengoklah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya.
Urwah bin Zubair Radhiyallahu anhu misalnya, Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, Ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, Kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shidik, bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu anha istri Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia jangan
ditanya tentang hatinya, ia adalah orang yang paling lembut hatinya toh
masih bersusah payah giat beramal, bersedekah dan ketika shalat ia
bagaikan sebatang pohon yang tegak tidak bergeming karena lamanya ia
berdiri ketika shalat.
Aduhai.. betapa lalainya kita ini.. banyak
memanjangkan angan-angan dan harapan padahal hati kita tentu sangat jauh
suci dan mulianya dibandingkan dengan generasi pendahulu kita.